Selasa, September 24

Kata mutiara Malana Syaikh nazim Adil al haqqani

  "Yang lebih penting daripada ilmu ialah pemindahan
ilmu tersebut dari hati ke hati "

"Kita tidak minta untuk dikenali dan menjadi sesuatu,
karena selagi kita menginginkannya, maka kita masih
belum lagi sempurna"

"KedaulatanNya adalah Melalui KekekalanNya"

"Perjumpaan dengan para awliya meringankan beban kita
dan kita akan merasa ringan dan gembira" , "Adalah
mustahil untuk kita memahami diri kita.
Sekurang-kurangnya kita perlu melihat cermin, karena
tiada siapapun yang dapat mengenali kepincangan di
dalam dirinya "

Saya tidak berkata, “Ikut saya,” karena saya tahu
siapa yang akan ikut bersama saya di Mahsyar kelak "

"Keikhlasan dan Politik tidaklah serasi sebagaimana
Iman dan Penipuan "

“Sudah menjadi suatu aturan yang disepakati di antara
Rijal-Allah, Para Kekasih Allah, bahwa keragaman jalan
ini adalah diperuntukkan bagi mereka yang belum
terhubungkan dan mereka yang belum mencapai akhir
perjalanan, dan belum mendapatkan ‘amanat’-nya,
sementara mereka yang telah mawsul (“sampai”) semua
berada pada satu jalan dan dalam satu lingkaran dan
mereka saling mengetahui dan mencintai satu sama
lain”.

“ Mereka akan berada di mimbar-mimbar cahaya di Hari
Kebangkitan. Karena itu, kita, para Murid dari
jalan-jalan Tariqah mestilah pula saling mengetahui,
mengenal dan mencintai satu sama lain demi keridhaan
Allah dan Nabi-Nya serta para Kekasih-Nya agar diri
kita mampu memasuki cahaya penuh barakah tersebut dan
masuk dalam lingkaran tertinggi dari suhbah
persahabatan dan jama’ah, jauh dari furqa (perpecahan)
dan keangkuhan”.

“Kita telah diperintahkan untuk mencintai orang-orang
suci. Mereka adalah para Nabi, dan setelah para Nabi,
adalah para pewaris mereka, Awliya’. Kita telah
diperintahkan untuk beriman pada para Nabi, dan iman
memberikan pada diri kita Cinta”.

“Cinta membuat manusia untuk mengikuti ia yang
dicintai. Ittiba’ bermakna untuk mencintai dan
mengikuti, sementara Ittaat’ bermakna [hanya] untuk
mengikuti”. “Seseorang yang taat mungkin saja mereka
taat karena paksaan atau karena cinta, tapi tidaklah
selalu karena cinta.”

“ Allah Ta’ala menginginkan hamba-hamba-Nya untuk
mencintai-Nya. Dan para hamba tidaklah mampu menggapai
secara langsung cinta atas Tuhan mereka. Karena
itulah, Allah Ta’ala mengutus, sebagai utusan dari
Diri-Nya, para Nabi yang mewakili-Nya di antara para
hamba-Nya. “Dan setiap orang yang mencintai Para
Nabi, melalui AwliyaNya maka mereka akan menggapai
cinta para Nabi. Dan melalui cinta para Nabi, kalian
akan menggapai cinta Allah Ta’ala.”

“Karena itu, tanpa cinta, seseorang tak mungkin dapat
menjadi orang yang dicintai dalam Hadirat Ilahi. Jika
kalian tak memberikan cinta kalian, bagaimana Allah
Ta’ala akan mencintai kalian?” “Namun manusia kini
sudah seperti kayu kering, mereka menyangkal cinta.
Mereka adalah orang-orang yang kering tak ada
kehidupan! Suatu pohon, dengan cinta, bersemi dan
berbunga di kala musim semi”.

“Tetapi kayu yang telah kering, bahkan seandainya
tujuh puluh kali musim semi mendatanginya, mereka tak
akan pernah berbunga. Cinta membuat alam ini terbuka
dan memberikan buah-buahannya, memberikan keindahannya
bagi manusia. Tanpa cinta, ia tak akan pernah terbuka,
tak akan pernah berbunga, tak akan pernah memberikan
buahnya.”

“Jadi Cinta adalah pilar utama paling penting dari
Iman. Tanpa Cinta, tak akan ada Iman. Saya dapat
berbicara tentang hal ini hingga tahun depan, tapi
kalian harus mengerti, dari setetes, sebuah samudera!”

Tiada ulasan:

Catat Ulasan