Ayat al-Qur’an berbunyi:
May yahdillaahu fahuwal muhtad; wa may yudhlil falan tajida lahuu waliy-yam mursyidaa.
Artinya: Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, dialah orang yang mendapat petunjuk dan siapa yang dibiarkan-Nya sesat, maka tidak ada seorang Pemimpin pun yang memberinya petunjuk. (surah al-Kahf ayat 17).
Mursyid sebagai pembimbing dalam ber-zikirullah pada HAKIKATNYA adalah SAHABAT (Rohani) yang sangat akrab sekali dengan (Rohani) kita, yang bersama-sama, tak bercerai-cerai, beriring-iringan, berimam-imam melaksanakan Zikirullah, menuju kehadirath Allah SWT guna memperoleh keridhaan Allah SWT.
1. Ayat Qur’an: Wamayyuthi’illaha warrasuula Fauulaaaika ma’alladziina an ‘amallahu ‘alaihim minannabiyyina wasshiddiqiina wassyuhadaa-I wasshaalihiina, wahasuna ulaaaika rafiiqan.
Artinya: Barang siapa menta’ati Allah dan Rasul, maka mereka itu bersama-sama dalam deretan orang-orang yang diberikan ALLAH kurnia kepada mereka yaitu Nabi-Nabi, orang-orang yang benar, orang-orang syahid dan orang-orang yang shaleh. Adalah sebaik-baiknya bersahabat dengan mereka. (surah an-Nisa ayat 69).
Komentar: Bersahabat dalam arti bukan saja semasa hidup didunia yaitu antara jasmani dengan jasmani, tetapi yang lebih penting, yang selalu dilupakan, adalah bersahabat antara rohani dengan rohani, yang merupakan persahabatan yang tidak akan bercerai-cerai dan akan tetap bersahabat, walaupun mungkin yang seorang telah mendahului berpulang kealam baka dan telah menjadi penghuni Syorga pada sisi Allah SWT. Karena mereka yang sederetan duduknya dengan para Nabi, Syuhada, Sholihin pastilah pada akhir katanya tak mungkin lupa menyebut/mengingat akan ALLAH, karena semasa hayatnya didunia zikirullah itu telah dilatihnya sedemikian rupa, sebanyak-banyaknya dan tak henti-hentinya/istiqamah, dengan methodik yang tepat, sehingga zikirullah itu telah meraga sukma dalam dirinya, tembus hingga kealam dibawah sadar dan alam diatas sadarnya!!
Sesuai Hadis Qudsi: Man kaana akhiru kalamihi laa ilaaha ilallah, dakhalal jannah.
Artinya: Barang siapa yang pada akhir katanya Laa ilaaha ilallah, masuklah ia kedalam syorga.
2. Ayat Qur’an: Wa’lamuu annallaaha ma’al muttaqiin.
Artinya: Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya ALLAH bersama orang-orang yang taqwa. (surah at-Taubah ayat 36).
Kesimpulan:
1. Besertalah selalu dengan orang taqwa, karena ALLAH beserta dia.
2. Orang taqwa selalu dipelihara ALLAH dari segala bala dan bencana.
Kalau kita masih kalang kabut, tandanya kita belum taqwa, belum disertai ALLAH.
3. Hadis Nabi: Kun ma’allahi fain lam takun ma’allahi fakun ma’a man ma’allahi fainnahu yushiluka ilallahi. (Rawahu Abu Daud).
Artinya: Adakanlah! (jadikanlah!) dirimu itu beserta Allah, jika engkau (belum bisa) menjadikan dirimu beserta Allah, maka adakanlah (jadikanlah) beserta dengan orang-orang yang beserta Allah, maka sesungguhnya, (orang itulah) yang menghubungkan engkau kepada Allah (yaitu Rohaninya). (Hadis Riwayat Abu Daud).
4. Ayat Qur’an: May-yadhillaahu fahuwal muhtad; wa may yudhil falan tajida lahuu waliy-yam mursyiida. (surah al-Kahf ayat 17).
Artinya: Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, dialah orang yang mendapat petunjuk dan siapa yang dibiarkan-Nya sesat, maka tidak ada Seorang pemimpinpun yang memberinya petunjuk. (Siapa yang tak mempunyai Mursyid, berarti dia tidak akan dapat petunjuk/jalan pada Allah SWT).
SYARAT-SYARAT SEBAGAI MURSYID
Syarat-syarat atau kriteria bagi seorang Mursyid adalah amat berat sekali; kalau saya ditanya, apakah saya telah memenuhi syarat-syarat untuk Mursyid itu, maka jawabannya adalah amat berat sekali untuk mengatakan “ya”, atau kalau mau jawaban yang murah saja: “tidak tahu”, karena bukanlah saya yang harus menilai kwalitas saya sendiri; begitulah beratnya kriteria untuk Mursyid itu. Namun, saya melaksanakan tugas saya dengan sepenuh tenaga, dengan sepenuh jiwa raga, dengan hati yang sebulat-bulatnya, saya laksanakan suruh dari pada para Guru saya, yang juga merupakan suruh dari pada Allah dan Rasul, yaitu untuk menegakkan zikirullah, dalam diri pribadi saya dan dalam diri ummat; jadi, Beliau-Beliau yang diataslah yang menilai akan diri saya.
Nah, dibawah ini kita lukiskan syarat-syarat yang diperlukan untuk seorang Mursyid, agar supaya kita secara garis besar mempunyai pedoman ala kadarnya untuk itu, sebagai gambaran yang agak rieel, yaitu:
1. Pilih Guru kamu yang Mursyid, (dicerdikkan Allah SWT) bukan dicerdikkan oleh yang lain-lain dengan idzin dan ridha Allah, karena Allah.
2. Yang Kamil Mukamil (sempurna dan menyempurnakan), diberi kurnia oleh Allah, karena Allah.
3. Yang memberi bekas pengajarannya, (kalau ia mengajar atau mendo’a berbekas pada simurid, simurid berobah kearah kebaikan) berbekas pengajarannya itu, dengan izin dan ridha Allah, Biiznillah).
4. Yang masyhur kesana kemari, kawan dan lawan mengatakan, ia seorang Guru Besar.
5. Yang tidak dapat dicela oleh orang yang berakal akan pengajarannya, yaitu tidak dapat dicela oleh Hadis dan Qur’an dan oleh Ilmu Pengetahuan (tidak bersalah-salahan dengan Hadis, Qur’an dan akal).
6. Yang tidak kuat mengerjakan yang harus, umpamanya membuat hal-hal yang tidak murni halalnya.
7. Tidak setengah kasih kepada dunia, karena bulat hatinya, kasih kepada Allah. Ia ada giat bergelora dalam dunia, bekerja hebat dalam dunia, tetapi bukan karena kasih kepada dunia itu, tetapi karena prestasinya itu adalah sebagai abdinya pada Allah SWT dalam hidupnya.
8. Mengambil ilmu dari “Polan” yang tertentu; Gurunya harus mempunyai taliyang nyata kepada Allah dan Rasul dengan Silsilah yang nyata.
Inilah dia 8 (delapan) syarat yang sangat berat bagi seorang Mursyid. Kemudian dibawah ini, kita turunkan beberapa ayat dan hadis-hadis Rasulullah SAW, yang dapat juga dipakai sebagai gambaran atau petunjuk bagi kita mengenai kwalifikasi seorang Mursyid.
Yang sudah jelas, Ianya haruslah seorang Mukmin Sejati.
Dibawah ini kita lihat: Kalau seorang Mursyid itu telah memenuhi syarat-syaratnya, maka sudah jelaslah, segala janji-janji Allah terhadapnya pasti dipenuhi Allah SWT, umpamanya antara lain Hadis Nabi: Yasyfa’u yaumal qiyaamatil ambiya u thummal ‘Ulamaa u thummasy syuhadaa u.
Artinya: Yang memberi Syafa’at dihari qiamat ialah : AMBIYA, ULAMA dan para SYUHADA (Hadis yang dirawikan Ibnu Majah).
Juga ia telah menerima seperti difirmankan Allah didalam al-Qur’an:
Nuurun ‘alaa nuurin, yahdillahu linuurihii man yasyaau.
Artinya: .....Nur Illahi berdampingan Nur Muhammad, itulah diberikan-Nya kepada Manusia yang dikehendaki-Nya.....(surah an-Nur ayat 35).
Kemudian kita lihat lagi apa-apa yang tertulis dibawah ini untuk mengetahui kwalitas-kwalitas seorang Mukmin/Mursyid, sesuai dengan Ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis Rasulullah:
1. Wanuriidu anamunna ‘aladziinas tudh’iffu fir ardhi wa naj’alahum ‘aimmatawwamanaj’alahumul waaritsin.
Artinya: Dan Kami kehendaki dengan nikmat Kami kepada hamba-hamba Kami, dimuka bumi lalu Kami jadikan mereka menjadi ikutan dan orang penerima warisan. (surah al-Qashash ayat 5 juz 20).
2.Fa’uulaaika ma’alladziina an ‘amallaahu ‘alaihim minannabiyyiina washshiddiiqiina, wasysyuhadaa-i washshaalihiin.
Artinya: Mereka itulah orang yang telah diberi nikmat oleh Allah seperti para Nabi-Nabi, Siddiqin (Ulama), Syuhada dan Syalihin (Ulama). (surah an-Nisa ayat 69 juz 5).
3. Waja’alnaa minhum ‘aimmatay yahduuna biamrina lamaa shabaruu: Wakaanuu biaayaatinaa yuuqinuun.
Artinya: Dan Kami jadikan mereka menjadi ikutan untuk menunjuki manusia dari perintah Kami dengan sabar serta yakin dengan keterangan Kami. (surah as-Sajadah ayat 24 juz 21).
4. Ulaaikal ladziina hadallaahufabihudaa humuq tadih.
Artinya: Mereka itulah orang yang telah diberi Allah petunjuk, maka ikutlah Dia dengan petunjuk itu. (surah an-Nam ayat 90 juz 7).
5. Ya qaumanaa ajiibuu daa’iyallaahi wa’aaminuu bihii yaghfirlakum min dzunubikum wayujirkum min adzaabin aliim.
Artinya: Wahai kaum Kami ikutlah (kata-katanya) orang yang menyeru kamu kepada Allah, dan percayalah kepada-Nya, niscaya Allah mengampuni dosamu dan melepaskan kamu dari pada azab yang pedih. (surah al-Ahqaf ayat 31 juz 26).
6. U laaika humul mukminuuna haqaa. Lahum darajaatun inda rabbihim wamaghfiratun warizqun kariim.
Artinya: Mereka itulah orang-orang yang sebenar-benarnya ber-Iman. Mereka mendapat derajat yang tinggi dari Tuhan-Nya, dan ampunan serta rezeki yang mulia. (surah al-Anfal ayat 4 juz 9).
7. Innaladziina yubaayi’uunaka inamma yubaayi’uunallaaha, yadullahi fauqa aidiihim.
Artinya: Barang siapa berjanji teguh dengan engkau (Dia) sebenarnya mereka berjanji teguh dengan Allah; Tangan Allahdiatas tangan mereka. (surah al-Fathu ayat 10 juz 26).
8. Ittabi’uu malla yasalukum ajran wahum muhtaduun.
Artinya: Ikutlah orang yang tiada meminta upah kepadamu itu, karena mereka mendapat pimpinan yang benar. (surah Yasin ayat 21 juz 23).
9. Wamay yatawallallaaha warasuulahu walladziina aamanuu fainna hizballaahihumul ghaalibuun.
Artinya: Barang siapa yang mengangkat Allah dan Rasul-Nya dan orang yang beriman menjadi pemimpinnya, maka ia masuk partai Allah itulah yang mendapat kemenangan. (surah al-Maidah ayat 56 juz 6).
10. Qaalallahu ta’aalaa: Lam yasa’nii ardhii walaa sammaaii wawassianii. Qalbu ‘abdiil Mukminuun layyinul waadi.
Artinya: Allah Ta’ala berfirman: Tak dapat memuat Zat-Ku, bumi dan langit-Ku; yang dapat memuat Zat-Ku, ialah hati hamba-Ku yang Mukmin, lunak dan tenang. (Hadis Qudsi).
11. Inna haadzihi tadzkiratun faman syaa’at takhadza ilaa rabbihi sabiilaa.
Artinya: Sesungguhnya ini menjadi peringatan. Barang siapa yang hendak mendapat pengajaran, niscaya diambilnya methode untuk menyampaikannya kepada Tuhan. (surah al-Muzamil ayat 19 juz 20).
12. Innallaha qaala: man ‘aadalii walyyan faqad aazantuhu bil harbi wamaa taqarraba ilayya abdii bisyai’in ahahbu ilayya mimmaf taradh tuhu ‘alaihi wamaa yazaalu ‘abdii ya taqorrobu ilayya binnawaafiili hatta uhibbahuu faizaa ahbabtuhuu. Kuntu sam’ahul lazii yasma’u bihii wabashara hulladzii yubshiru bihii wayadaahul latii yabthusyu bihaa warujlahullahtii yamsyii bihaa walain saalanii u’thiyannahuu walainnis ta’aadzanii lau’ii dzannahuu.
Artinya: Barang siapa yang memusuhi seorang penolong-Ku, maka Aku mengumumkan perang kepadanya, dan apabila hamba-hamba-Ku menghampirkan diri kepada-Ku dengan sesuatu amalan, tanda lebih kasih ia kepada-Ku, dari pada hanya sekedar mengamalkan apa-apa yang telah Ku-wajibkan atasnya.
Kemudian itu ia terus menerus mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan amalan-amalan yang nawafil (yang baik), hingga Aku mencintainya. Maka apabila Aku telah mencintainya, adalah Aku pendengarannya bila ia mendengar, dan Aku-lah penglihatannya bila ia melihat, dan adalah Aku tangannya bila ia mengambil (melakukan sesuatu), dan adalah Aku kakinya bila ia berjalan; demi jika ia memohon niscaya Aku perkenankan permohonannya, demi jika ia meminta perlindungan pastilah Aku lindungi dia. (Hadis Qudsi, diriwayatkan Imam Buchari, dikutip dari al-Islam halaman 362).
Tiada ulasan:
Catat Ulasan