Selasa, Oktober 30

Bay'at kepada mursyid thariqat

Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani


Audhu billâh min ash-shaytân ir-rajîm Bismillâh
ir-rahmân ir-rahîm Nawaytul arbâ`în, nawaytul `itikâf,
nawaytul khalwat, nawaytul riyâda, nawaytus salûk,
nawaytul `uzla fî hâdha al-masjid."`Ati-Allâha wa
ati`ur-Rasûla wa ulil-amri minkum" – "Hai orang
beriman! Ta’ati Allâh, dan ta’ati Rasul, dan mereka
yang diberi kewenangan di antara kamu." [ QS 4:59]

Dan ta’at kepada Nabi Muhammad (s.a.w.) adalah ta’at
kepada Allâh swt. Dia bersabda : man yut`i ar-rasûl
faqad ata` Allâh. "Dia yang ta’at kepada Rasul, ta’at
kepada Allâh" [QS 4:80]. ay wada` ar-rasûl mumathilan
`anhu. yumathil rabbil `alamîn. Dia bersabda
Barangsiapa ta’at kepada Nabi sungguh ta’at kepada
Allâh. Itu artinya Dia menaruh Nabi (s.a.w.) mewakili
Diri Nya di Tempat Nya. Itu berarti bahwa tiada jalan
untuk mendapat keta’atan kepada Allâh tanpa keta’atan
kepada Nabi (s.a.w.). Itu artinya bahwa tiada pintu
kepada Allâh tanpa pintu kepada Nabi (s.a.w.).

Itu artinya tiada jalan untuk memasuki Surga tanpa
Nabi (s.a.w.). Itu artinya bahwa tiada jalan menjadi
Muslim tanpa mengatakan Muhammadu Rasûlullâh. Meskipun
sekiranya engkau mengatakan lâ ilâha ill-Allâh jutaan
kali, tiada jalan menjadi Muslim tanpa menyebut
Muhammadun Rasûlullâh. Maka Kebesaran apakah yang Dia
berikan kepada Nabi Muhammad (s.a.w.)? Busana apa yang
Dia pakaikan kepada Nabi dari asma ‘ul-husna Allâh,
tak seorang pun yang tahu.

Jika seorang raja memiliki seorang putera, yang juga
seorang putera mahkota, apa yang diperbuatnya untuk
anaknya itu ? Jika sang raja mau pergi ke tempat lain,
anaknya itu yang mewakilinya (menjalankan tugas
sehari-hari ?). Dan sang raja tidak akan bahagia jika
anaknya hanya berpakaian yang biasa-biasa saja, tetapi
dia akan mendadani-nya dengan busana yang diberi
dekorasi (tanda kebesaran) dan dengan berbagai medali
di dadanya untuk membuatnya nampak sangat berbeda
(anggun). Sehingga ketika Sang Putera Mahkota
menampakkan dirinya (ke publik), wow, semua orang
merasakan hormat dan kemuliaan kepada Sang Putera
Mahkota.

Ini adalah (yang dilakukan) raja bagi anaknya, seorang
manusia. Apapun yang diberikan raja kepada anaknya,
suatu hari akan berakhir. Apakah ayahnya itu akan
meninggal atau anaknya yang mungkin meninggal dan
semua itu menjadi hilang. Tetapi apa yang Allâh Al
Hayyu, berikan kepada Nabi (s.a.w.) tidak akan mati
(hilang ?). Apa yang Allâh swt berikan kepada
Sayyidina Muhammad (s.a.w.) adalah tetap hidup
(abadi). Dia bersabda, inna alladhîna yubây`ûnaka
innamâ yuba`yûnallâh!

Mereka yang berba’iyat kepadamu (Muhammad), berba’iyat
kepada Allah. Tangan Allah berada di atas tangan
mereka." [QS 48:10]. Qâla man yubâ'yaaka Yâ Muhammad,
faqad bayâ`nî. Dia bersabda, "Barangsiapa memberimu
ba’iyat ya Muhammad, (berarti) membuat ba’iyat kepada
Ku." Itu artinya ketika para Sahabat membuat ba’iyat
kepada Nabi Muhammad (s.a.w.), berarti Nabi (s.a.w.)
hilang ke dalam Hadirat Ilahi. Hanya Allâh yang berada
di situ.

Indamâ qâla inna alladhîna yubâ`ûnaka. [Ketika Dia
berkata, "Barangsiapa memberimu ba’iyat…"] Dia membuat
sebuah konfirmasi tentang sesuatu. Itu adalah sebuah
konfirmasi yang berarti itu harus ditunjukkan kepada
orang itu. Jika mereka membuat suatu konfirmasi,
mereka harus menunjukkan suatu bukti nyata (jelas,
lengkap) : seperti ketika mereka membuat percobaan di
laboratorium sains. Mereka harus membuat bukti lengkap
apa yang telah dilakukan Allâh.

fa Hûa yaqûl, inna alladhîna yubâ`ûnaka... melihat
dengan bukti, bukan hanya dari kata-kata, tetapi
dengan melihat haqîqat, kebenaran. Mereka yang
memberimu ba’iyat mereka memberikannya kepada Allâh.
Itu artinya pada saat itu, ketika para Sahabat
meletakkan tangan mereka bersama Nabi (s.a.w.), mereka
berada dalam Hadirat Ilahi, dia membawa mereka kepada
Hadirat Ilahi, al-hadarat al-ilahiyya. Mereka berada
di sana.

Para Sahabat tidak lagi melihat apa-apa, tetapi mereka
berada dalam al- hadarat al-ilahiyya, mereka berada
dalam hadirat Ilahi Allâh. Di dunia, jika kamu berada
dihadapan seorang raja, engkau tidak lagi melihat
dirimu. Wow, kamu bilang, ini adalah raja. Di
Indonesia, ada seorang raja pada suatu waktu. Dua
ratus juta manusia dibawah raja itu. Apa kamu ini jika
dibandingkan dengan 200 juta itu ? Bukan apa-apa. Lalu
apa yang kamu pikir ketika kamu berada di dalam
Hadirat Raja Di Raja yang Hidup Abadi, yang
menciptakan para raja ?

Dia yang menciptakan mereka dan membuat mereka
memerlukan makan dan minum. Itu artinya mereka juga
memerlukan pergi ke kamar kecil. Dengan itu semua Dia
membuat para Sahabat sampai di Hadirat Ilahi. Ketika
mereka sampai di sana langsung mereka mencapai maqam
al-fana'.

Fanâ'un fillâh fana'un fir-rasûl, salla-Allâhu alayhi
wa sallam. Mereka tidak lagi melihat diri mereka,
mereka hanya melihat Allâh swt melalui mata Nabi saw.
Itulah mengapa ketaatan mereka kepada Nabi saw adalah
100%. Mereka patuh kepada Nabi saw. 100%. Ketika
mereka meletakkan tangan mereka dengan Nabi saw untuk
ba’iyat, segera setelah tangan mereka menyentuh tubuh
sucinya, para Sahabat (serta merta) beradar dalam
Hadirat Ilahi. Untuk alasan ini, bila kita memberi
ba’iyat kepada seorang wali, serta merta ketika kita
menyentuh tasngannya, dia meletakkan kita di Hadirat
Nabi (s.a.w.).

Itulah sebabnya ketika kita memberi ba’iyat kita
katakan Allâhu Allâhu Allâhu Haqq. Walî itu meletakkan
kamu di hadirat Nabi (s.a.w.) dan Nabi (s.a.w.)
meletakkan kamu di Hadirat Allah, meletakkan kamu di
Hadirat Ilahi untuk membakar habis kamu, untuk
membakar habis ego mu, sehingga kamu tidak lagi
memiliki keinginan kecuali yang diinginkan Allâh atas
dirimu.

Ketika kita membaca Sûrat al-Ikhlâs, kita katakan qul
Hû Allâhu âhad. [katakan :] qul ya Muhammad. Hû
al-ghayb ul-mutlaq alladhee lâ yurâ. Hû. Katakan Hû
yang tak dapat dilihat, Dia yang tak dapat dikenali,
Dia yang tak dapat dimengerti: yaitu Allâh. Dia yang
tak dapat dimengerti, Dia yang tak dapat dilkenali,
Dia yang tak dapat dilihat. Yang Satu itu adalah
Allâh.
Jadi ketika kita mengatakan Allâhû, kita mengatakan
itu dalam cara yang bertentangan (berlawanan), kita
katakan Allâh Hû. Dalam Sûrat al- Ikhlâs kita katakan
Hû Allâh. Yang Satu yang tak dapat dilihat adalah
Allâh.

Kita tahu Allâh tetapi kita tidak tahu Hû. Allâh tahu
Hû. Itulah sebabnya Dia meletakkan Hû pada awalnya
(dalam Surat Al Ikhlash). Dia meletakkan Hû didepan
Allâh. Hû mewakili Dhâtullâh, Sang Inti. Allâh
mewakili asma. Disitu ada Sang Pencipta yang tidak
diketahui siapapun, satu yang disebut oleh Allâh
sebagai Hû. Ketika kita melakukan ba’iyat, (kepada)
Satu yang kita tahu dengan nama Allâh adalah Hû.
Begitulah kiranya mereka menelusuri jejak kembali,
mereka membawa kita kembali, awliyâ-ullâh kepada
Hadirat Ilahi, Hû.

Jadi ketika kita mengatakan Allâh Hû mereka membawamu
kepada Hadirat Ilahi. Dan ketika kamu megatakan Haqq,
itu artinya kamu meng-konfirmasi bahwa sesungguhnya
ruh kamu dapat melihat, namun diri kamu tidak dapat
melihatnya. Dan apa yang kamu lihat hanyalah Busana
(attributes) Allâh swt, Dia mendadani kamu, tanpa
mengetahui Sang Inti, tidak satupun dapat mengetahui
Sang Pencipta.

Dan itu semua dilakukan, melalui Inna-Allâhdeena
yuba`yunaka innama yuba`yunAllâh. Janganlah berpikir
terdapat jalan untuk mencapai Allâh swt tanpa
(melalui) Nabi (s.a.w.). Dia adalah khaliphatullâh fil
ard. Bukan hanya di dunia ini saja, tetapi di seluruh
penjuru alam semesta ini. Apapun yang diciptakan
Allâh, Muhammadu Rasûlullâh adalah khalipha. Dia
adalah wakil Allâh untuk semua ciptaan. Itulah mengapa
dia (s.a.w.) mengatakan, "Âdam wa man dûnahu taht
liwayî yawma al-qiyâma" – "mereka berada di bawah
panji-panji (bendera) saya : mereka harus mendatangiku
untuk membawa mereka ke Surga."

Dia mengatakan, Anâ sayyida waladi âdama wa lâ fakhr.
- "Saya adalah majikan bani Adam dan saya tidaklah
berbangga." Apa pula ini, "Anâ sayyida waladi âdama?"
Dan Allâh bersabda, Wa laqad karamnâ banî âdam. –
"Kami memuliakan bani Adam" [QS 17:70].

Dan Allâh bersabda, Alam taraw ann Allâha sakhara
lakum mâ fis-samâwâti wa mâ fil-ard. - "Tidakkah
engkau lihat bahwa Allah telah menaklukkan kepadamu
segala sesuatu di langit dan di bumi …?" [QS 31:20]
Itu berarti bagi bani Adam, segala sesuatu di langit
dan di bumi adalah di bawah mereka. Maka itu berarti,
karena dia adalah majikan bani Adam, dan semua berada
di bawah mereka ini (bani Adam), maka itu berarti
bahwa tidak ada satupun dapat berada di atas Nabi saw.

Ada malaikat yang berada di bawah perintah Nabi saw.
Ketika engkau mengambil ba’iyat dari seorang murshid,
murshid haqîqî, murshid sungguh, para malaikat tadi
menjadi saksi dan mereka membuat awrâd (dzikir) untuk
kepentingan kamu sampai dengan Hari Pengadilan. Ketika
engkau memutuskan untuk mengambil ba’iyat dari murshid
sejati itu, dan tidak dari seorang yang pura-pura
menjadi murshid dan bukan pula seorang yang dianggap
orang sebagai murshid.

Murshid sejati ini jarang, di dunia ini hanya terdapat
124,000 awliyâ-ullâh, hanya itu saja. Jika engka
menemui seorang murshid haqiqi, ketika engkau
memutuskan untuk mengambil ba’iyat darinya, pada saat
itu, para malaikat (sejumlah yang bilangannya tidak
dapat kamu bayangkan) itu dianugerahkan kepadamu untuk
melayanimu. Bagaimana caranya melayani kamu? Apakah
engkau berpikir ketika engkau menerima ba’iyat, engkau
datang dengan baju kotor seperti itu dan tubuh kotor
dan hati kotor, dalam Hadirat Nabi (s.a.w.) ?

Serta merta para malaikat itu akan merubah penampilan
mu sepenuhnya seperti pada saat (kamu ditanya di alam
ruh) "Alastu bi-rabbikum" dalam menerima ba’iyat
dengan Shaykh dan Shaykh membawamu kehadirat Nabi
(s.a.w.) dan Nabi (s.a.w.) membawamu ke dalam Hadirat
Allâh swt.

Jika engkau (hendak) menemui orang, engkau akan mandi
sehingga tidak bau. Apakah kamu berpikir ketika
orang-orang berdatangan dengan berlari untuk mengambil
ba’iyat, dengan tubuh yang tidak dibersihkan dan baju
kotor adalah cara yang benar untuk mengambil ba’iyat?
Tidak. Haa. Segera setelah engkau mengucapkan "saya
mau di- ba’iyat" bahkan dalam baju kotor dan hati
kotor, segera setelah kamu datang kesitu, para
malaikat itu, dengan sentuhan mereka, mereka menyiram
(semprot) kamu dengan busana dan dandanan cantik ini
dan pada saat itu kamu kelihatan seperti seorang yang
lain, seperti manusia berpenampilan malaikat yang
memakai baju surgawi; duduk bersama murshid itu.

Murshid itu juga merubah penampilannya, kepada
gambaran spiritualnya, sebagaimana dia terlihat di
hadapan para awliyâ dan Nabi (s.a.w.), dan membawa
kamu bersama segenap para malaikat tadi dalam busana
yang telah mereka berikan kepadamu, sebagaimana
dikatakan dalam hadits, "mâ jalasa qawman
yadhkurûnallâh illa hafathum al-mala'ika wa gashîyahum
ar-rahmat wa dhakarahumullâha fî man `indah." – "Tiada
akan sekelompok orang yang duduk, yang meengingat dan
menyebut Allâh, kecuali para malaikat akan
mengelilingi mereka, dan mereka akan diselimuti rahmat
dan Allâh akan mengingat mereka diantara mereka yang
berada dalam Hadirat Nya."

Ba’iyat seperti itu merubah kamu. Sehingga kamu
menjadi seorang manusia tetapi memiliki kuasa
malaikati surgawi – jadi ketika engkau berbaju kuasa
malaikati ini, ketika engkau memasuki Hadirat Ilahi
engkau tidak pingsan, engkau tidak menghilang. Karena
engkau menjadi sebuah cahaya, dan sebuah sumber
cahaya. Apa yang berada dalam hati awliyâ, kami tidak
dapat mengatakan semuanya. Mereka tidak mengijinkan
kamu mengatakan semuanya, bila tidak engkau akan
tenggelam. Namun ada sebuah berita gembira bagi kita
semua, bahwa dengan baraka guru murshid kita Shaykh
Muhammad Nazim al-Haqqani, kita berada dalam kategori
(golongan) itu

Awliyaullah, ketika mereka dibersihkan dengan jalan
istighfar, Allah memberikan kepada mereka hal yang
sama dengan yang diberikan Nya kepada kita. Namun
mereka tidak mengotori atau mencemari darah mereka
dengan lukemia setiap kalinya. Mereka mempertahankan
nya tetap bersih, sehingga keesokan harinya, ketika
mereka menerima lebih banyak lagi (cahaya surgawi),
itu menambah (menjadi lebih besar dari sebelumnya).
Jadi lampu 20 watt menjadi 40 watt, hari berikutnya
itu menjadi 60 watts, hari setelah itu menjadi 80
watts, hari setelah itu menjadi 100 watt, hari setelah
itu menjadi 200, hari setelah itu menjadi sebuah lampu
sorot (spotlight) yang memberikan penerangan yang
lebih gemilang, sebuah lentera besar.

Disitulah letak perbedaan antara awliyaullah dari
kita, karena kita kembali lagi ke belakang melalui
siklus kekotoran yang sama setiap hari dalam kehidupan
kita sehari-hari, curang, menipu¸ bergunjing, membuat
segala macam dosa setiap kali dan berkali-kali. Awliya
berusaha untuk melindungi diri mereka – untuk
menyingkirkan segala dosa yang akan mencemari darah
mereka sehingga mereka menjadi lebih gemilang dan
gemintang setiap kali dan hubungan mereka dengan Nabi
s.a.w. akan lebih kuat. Tidak terdapat kebocoran dalam
pipa yang menghubungkan mereka dengan Nabi s.a.w.

Tidak terdapat lubang (bocor) dalam pipa itu ,
sehingga tidak ada jalan bagi air (yang mengalir dalam
pipa itu) untuk lolos terbuang, dan untuk alasan ini
mereka menerima informasi (surgawi) yang tidak kita
terima. Setiap hari mereka akan didandani dengan
busana asma ‘ul-husna Allah yang lebih banyak dan
lebih banyak lagi. Mereka tidak mencemari cahaya itu.
Dengan spotlight yang awliyaullah miliki mereka dapat
melihat ke jarak yang lebih jauh lagi.

Lihatlah, ketika sebuah pesawat terbang akan mendarat,
dia memiliki sebuah spotlight yang besar, yang
dengannya pilot itu dapat melihat satu mile kedepan.
Tetapi kalau kamu hanya memiliki lampu minyak tanah
atau sebuah lilin apa yang dapat kamu lihat (dalam
gelap)? Tiada satupun. Engkau hanya dapat melihat
empat diding ruangan ini.

Itulah sebabnya awliya dapat melihat hati murid
mereka. Mereka dapat melihat apa yang akan terjadi di
waktu mendatang. Allah menganugerahi mereka kekuatan
itu. Bagi mereka itu bukanlah masa mendatang. Cahaya
mereka dapat mencapainya dengan segera, karena Allah
memberi mereka sebuah cahaya dengan intensitas tinggi.
Mereka dapat mengarahkan cahaya itu dan melihat jauh
ke depan. Terdapat awliya yang dapat melihat satu mile
ke depan. Beberapa dapat meningkatkan (kecemerlangan)
cahaya mereka dan melihat dua miles.

Beberapa dapat melihat seratus mile ke depan. Terdapat
awliya yang dapat melihat jarak yang ditempuh sedetik
kecepatan cahaya. Terdapat awliya yang dapat melihat
sejauh satu menit perjalanan cahaya. Terdapat awliya
yang dapat melihat sejauh seratus tahun perjalanan
cahaya. [Apa yang dapat mereka lihat] tidak lagi
dikukur sebagai jarak; itu diukur dalam perjalanan
cahaya setahun. Beberapa awliyaullah dapat melihat
satu juta tahun perjalanan cahaya.

Itulah sebabnya mereka dapat melihat asal usulmu, di
mana kamu terletak di antara berbagai
bintang-gemintang itu. Dan mereka dapat mengambil
informasi tentang dirimu dari visi yang Allah
karuniakan kepada mereka. Ittaqqu firasat al-mu’min fa
innahu yandhuru binallah – Hati-hatilah dengan
pandangan (visi) orang beriman (wallahi), karena
sesungguhnya mereka melihat dengan Cahaya Allah.
Cahaya itu Allah berikan kepada mereka dari Cahaya
Nya.

Wa min Allahi at-tawfiq, bi-hurmatil Fatiha.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan