Selasa, Oktober 30

Islam Bersifat Dinamis

Islam Bersifat Dinamis, tidak Pasif

Syaikh Nazim al-Haqqani (q) dalam Mercy Oceans (Book Two)

Syaikh ‘Abdullah Faiz ad-Daghestani (q) berbicara tentang dua karakter yang dimiliki oleh para Nabi, yaitu: memiliki himma, aspirasi tinggi dan dinamis, tidak pernah malas. Kedua karakter itu merupakan warisan para Nabi. Mereka sangat ringan dalam bekerja karena jiwa mereka berasal dari surga.

Sifat malas berasal dari Setan. Kalian tidak dapat menemukan seorang Rasul yang duduk bermalas-malasan dan menikmati dunia atau meminta istirahat. Mereka bagaikan sungai yang selalu mengalir menuju ke laut. Setiap Wali bersifat dinamis. Makin tebal iman seseorang, ia akan semakin aktif.

Tidak ada pekerjaan berarti tidak beriman. Ada 500 kebaikan dari Sunnah Rasulullah (saw). Al-Qur'an mengatakan, Ketika kalian telah selesai dari suatu pekerjaan, kerjakanlah pekerjaan berikutnya. Kita dianjurkan agar selalu aktif dalam segala situasi, inilah bimbingan yang terbaik bagi kita.

Setiap agama tidak mengajurkan para pemeluknya untuk bermalas-malasan. Beberapa orang menganggap bahwa Islam membuat orang menjadi pasif (Agama adalah racun bagi masyarakat). Mereka sebenarnya adalah para pembohong yang tidak mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. Mereka mempelajari suatu ilmu di Barat lalu mengklaim hal tersebut. Saya merasa prihatin terhadap gejala ini. Sebelum Islam datang, bangsa Arab bagaikan bangsa yang tertidur dan menjadi budak bangsa Roma dan Persia. Setelah Islam datang, mereka sanggup menaklukkan daerah-daerah di pesisir Samudra Atalantik hingga Samudra Hindia.

Syaikh Abdullah Faiz ad-Daghestani (q) berkata bahwa setiap orang yang aktif akan masuk Surga, sebaliknya orang-orang yang malas akan masuk Neraka. Bahkan bagi orang-orang yang aktif dalam mengejar dunia, keaktifannya itu akan membimbingnya menuju kebaikan pada akhirnya, bagaikan air deras yang mengalir dari hulu di pegunungan menuju hilir di dataran rendah dan memberi manfaat.

Untuk berjuang melawan ego, seseorang harus mempunyai sifat dinamis. Seseorang yang mendaki gunung harus memiliki energi, sebaliknya untuk menuruni gunung sifat dinamis tidak terlalu diperlukan. Orang-orang yang duduk-duduk di sebuah pub atau kafe tidak bisa disebut sebagai orang yang dinamis, mereka justru pemalas. Orang yang bekerja dengan serius dan menghasilkan karya yang dapat dinikmati dan dimanfaatkan oleh banyak orang mempunyai sifat yang diwariskan oleh Rasulullah (saw).

Orang yang tidur terlalu banyak juga termasuk pemalas. Tidur lebih dari 8 jam akan menyakiti tubuh. Seperti halnya tidak cukup tidur, tubuh akan menjadi lemah dan lelah. Untuk sebagian orang Allah (swt) memberi kemampuan kepada mereka untuk tetap terjaga dan tidak membutuhkan tidur.

Orang banyak berpikir bahwa banyak makan akan membuat tubuh menjadi kuat, oleh sebab itu mereka makan banyak bahkan terlalu banyak. Seseorang yang berkata, Aku merasa kenyang dengan makanan malam ini, sesungguhnya dia berdosa di Hadirat Ilahi. Allah (swt) yang membuat kalian kenyang, bukan makanan itu. Dia dapat membuat kalian kenyang hanya dengan sepotong makanan.

Syaikh Abdullah (q) berkata bahwa ketika Dajjal datang seluruh Muslim akan mendapat perlindungan di Syam (Damaskus). Syaikh Muhyiddin (q) berkata bahwa banyak sekali orang yang akan mendatangi kota Syam dan kota ini akan semakin luas, sisi di balik gunung akan menjadi sama luas dengan sisi sebelahnya dan tidak ada tempat yang tersisa lagi bahkan untuk sekedar menapakkan kaki saja, mungkin kota itu bisa menampung 50 juta orang.

“Bagaimana mereka akan makan dan minum tanya Abu Bakar (ra) kepada Rasulullah (saw). Takbir Imam Mahdi (as) akan memberi Kekuatan Ilahi bagi seluruh Mukmin. Sepotong makanan akan cukup untuk 40 hari.

Nasehat Tentang Tidur

Orang-orang juga berpikir bahwa banyak tidur membuat tubuh beristirahat dan segar. Tidak, Allah-lah yang menyebabkan hal itu. Mungkin dengan 5 jam tidur seseorang tidak akan mendapatkan istirahat; sementara itu hanya dengan 5 menit seseorang yang lain malah dapat beristirahat dengan cukup. Waktu terbaik untuk tidur adalah tepat setelah shalat Isya sampai 2 jam sebelum Subuh.

Tidur lebih awal adalah yang terbaik. 4 jam setelah ˜Isya sebelum tengah malam, dihitung bagaikan 8 jam di waktu-waktu yang lain. Ini akan membuat orang mampu meningkatkan ibadahnya dan melakukan hal-hal yang lebih bermanfaat.

Sekarang orang-orang mengisi waktu tersebut dengan hal-hal yang tidak bermanfaat, ngobrol-ngobrol atau menonton TV. Ini adalah salah satu penyebab datangnya penyakit. Waktu terbaik kedua untuk tidur adalah antara waktu matahari terbit (isyraq) sampai siang, sedangkan waktu antara siang hingga sebelum Ashar adalah yang terbaik ketiga.

Tidak baik tidur pada kurun waktu antara Subuh hingga matahari terbit dan paling buruk waktu tidur antara Ashar hingga matahari terbenam. Rasulullah (saw) bersabda jika sesuatu yang buruk menimpa orang yang sedang tidur di waktu tersebut, dia tidak bisa menyalahkan siapa-siapa, tanggung sendiri akibatnya. Bagi orang yang tidur lebih dari 8 jam sehari, dia harus berkata kepada dirinya sendiri, Saya pemalas!

Wa min Allah at Taufiq

Tiada ulasan:

Catat Ulasan