Sabtu, November 23

Syarah (4)

Pasal Ke enambelas
Barang-barang yang Najis

Perihal barang-barang yang najis adalah:
1. Anjing dan babi.
2. Arak (minuman keras) dan tiap-tiap minuman yang memabukkan.
3. Air kencing manusia atau binatang.
4. Kotoran manusia atau kotoran binatang.
5. Darah.
6. Nanah.
7. Madzi (cairan yang keluar sebelum keluar air mani) dan wadhi (cairan yang keluar bila seseorang yang bekerja keras)
8. Bangkai segala binatang kecuali bangkai ikan dan balang kayu.
9. Segala anggota tubuh binatang yang hidup jika berpisah daripada binatangnya maka hukumnya itu seperti bangkai, kecuali bulu binatang yang halal dimakan dagingnya.



Pasal Ke tujuhbelas
Membasuhkan Barang yang terkena Najis

Membasuh barang yang terkena najis yang mughalladhah (najis besar) yaitu anjing dan babi, maka wajib di sertu yaitu membasuhkannya tujuh kali, dan yang sekalinya itu dengan campuran tanah atau lumpur yang suci, sesudah hilang akan rasa, bau dan rupanya.
Adapun najis yang lain maka jika najis ‘ayniyah, yaitu najis yang ada rupanya atau rasanya atau baunya, maka wajib dibasuh hingga hilang ketiga-tiganya itu.
Adapun jikalau najis hukmiyah, yaitu bekas terkena najis akan tetapi tidak ada rupanya atau rasanya atau baunya, maka memadai membasuhnya dengan menyiram air padanya sekali saja, yaitu jika rata terkena air berjalan pada tempat-tempat yang terkena najis itu.



Pasal Ke delapanbelas
Perihal Haid dan Nifash

Bermula sekurang-kurangnya waktu haid (mens) sehari semalam, dan ghalibnya (umumnya) enam atau tujuh hari, dan sebanyak-banyaknya lima belas hari, inilah yang dihinggakan (batas) hari banyaknya (bilamana lebih dari 15 hari adalah darah dari suatu penyakit).
Sedangkan sekurang-kurangnya suci antara dua haid yaitu lima belas hari, dan tidak dihinggakan (batas) hari banyaknya.
Sekurang-kurangnya nifash itu sekali mengeluarkan darah sehabis melahirkan, dan ghalibnya (umumnya) empat puluh hari, dan sebanyak-banyaknya enampuluh hari.
Akan tetapi apabila dapat suci (bersih darah) daripada haidh, sekalipun belum cukup hari sebagaimana biasanya, atau dapat suci (bersih darah) daripada nifash sekalipun belum empatpuluh hari, maka wajib atas keduanya itu mandi hadash, kemudian melakukan shalat jika masih ada waktu shalat.
Dan apabila waktu itu tiada boleh (tidak cukup waktu) buat mandi hadash beserta shalat, maka diwajibkan qadha’ shalatnya itu sekalipun di akhir waktu sekedar takbiratul ihram lamanya.
Dan apabila mendapat suci itu (bersih darah) di akhir waktu ashar, maka wajib mengqadha’ Ashar dan Zhuhur.
Demikian pula jika mendapat suci (bersih darah) di waktu Isya’ maka wajib mengqadha’ Isya dan Maghrib.
Akan tetapi jika mendapat suci (bersih darah) diluar akhir waktu shalat itu (misalnya diakhir waktu zhuhur atau maghrib), maka diwajibkan mengqadha’ shalat di waktu itu saja.
Adapun perempuan yang kedatangan haid atau nifash sesudah masuknya waktu shalat fardhu sekedar cukup waktunya untuk melakukan shalat, padahal ia belum melakukan shalat, maka diwajibkan atasnya mengqadha’ shalat tersebut setelah suci nanti.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan