Selasa, November 20

Selamat Datang Kematian



Barangsiapa yang merindukan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah senantiasa berbuat kebajikan dan jangan sekali-sekali berbuat syirik dengan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya. (Al Kahfi: 110)
Lima menit yang lalu ketika anda mengambil, membuka dan membaca majalah ini jauh lebih panjang jaraknya ketimbang kematian yang senantiasa mendekat. Karena yang lalu telah berlalu dan tidak bisa dipanggil kembali, sementara kematian sudah pasti setiap saat kian mendekat dan tidak bisa dihentikan atau disuruh berbalik arah.

Karena sudah pasti datangnya, maka sikap terbaik adalah bersiap menyambutnya, sebagaimana kita punya pengalaman bersiap-siap dan bahkan menunggu datangnya hari wisuda, hari ulang tahun, hari lebaran, hari pernikahan atau peristiwa lain yang kita yakini pasti, pada hal tingkat kepastiannya tidak sebanding dengan kepastian datangnya peristiwa kematian.”Di manapun kamu berada, niscaya maut akan menemui kamu sekalipun kamu berlindung di balik tembok yang tinggi dan kokoh”. (An Nisaa’: 78).

Rasulullah bersabda, hidup di dunia ini bagaikan masa tanam, dan hasil panennya nanti dinikmati setelah meninggal. Belajarlah pada petani yang begitu bergairah menanam dan mengurusi tanamannya dengan kasih dan antusiasme, baik karena cinta pada pekerjaannya maupun karena membayangkan datangnya hari panen. Jika harapan dan ramalan petani tentang hasil panennya adakalanya meleset dan mengecewakan, mungkin akibat hama wereng atau rusak akibat banjir, maka hisab di akhirat kelak bersifat mutlak. Siapa menanam kebajikan di dunia akan panen kebajikan di akhirat, dan siapa menanam keburukan maka akan panen kesengsaraan. Al Quran memberikan ilustrasi, orang-orang yang durhaka dan mengingkari nikmat Tuhan, ketika maut telah datang baru muncul penyesalannya dan memohon pada Tuhan agar dikembalikan lagi ke dunia untuk berbuat kebajikan karena selama hidupnya lebih banyak berbuat kejahatan (Al Mu’minuun: 99-100).

Sungguh sangat menyejukkan merenungkan sifat Allah yang maha kasih. Kalau seorang hamba berbuat kejahatan, maka dosanya hanya sebesar kejahatannya. Tetapi kalau seorang hamba berbuat baik, pahalanya berlipat-lipat. Jadi, karena kasih sayangnya Allah melakukan intervensi terhadap mekanisme hukum sebab-akibat yang telah diciptakan-Nya. Bahkan Rasulullah pernah bersabda, barang siapa memohon pertolongan dan ampunan pada Allah dengan sungguh-sungguh, khususnya di waktu malam di saat yang lain tidur, maka Allah malu untuk tidak mengabulkan permintaan hamba-Nya. Allah tidak tega melihat hamba-Nya pulang dengan tangan kosong, mirip orang tua tidak akan sampai hati menolak permintaan anak-anaknya sekalipun sekali waktu sang anak menyakiti perasaan orang tuanya.

Lebih dari itu, Allah membuka pintu-pintu jalan kebajikan, sebagaimana Allah memiliki 99 pintu asma-Nya, dan pintu yang paling lebar adalah pintu kasih. Oleh karenanya jalan terbaik mendekati Allah adalah dengan cinta, bukannya takut. Orang yang terikat oleh tali cinta-kasih akan selalu siap berkurban untuk menggembirakan yang dicintainya, sebagaimana orang tua rela berkurban untuk menggembirakan dan menolong anak-anaknya. Jika hubungan cinta pada Allah dan Rasul-Nya telah tertanam dalam hati, maka ketika malaikat Izrail datang menjemput semoga kita bisa menyambutnya dengan senyum dan antusiasme.

Ada juga pandangan, hidup bagaikan rekreasi dan berbelanja untuk bekal dinikmati di kampung akhirat nanti. Ketika rekreasi sambil shopping, janganlah membeli barang-barang yang tidak manfaat. Jangan keberatan barang yang malah mempersulit perjalanan pulang. Nikmati perjalanan hidup bersama teman-teman yang saleh dan tolonglah teman seperjalanan ketika mendapat kesusahan. Entah dia itu suami, isteri, anak, kerabat atau teman, semuanya adalah teman seperjalanan, berasal dari Allah kembali pada Allah. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiْn.

Disket jiwa itu ibarat almari pakaian. Kita akan menyingkirkan pakaian yang kotor dan tak layak pakai, dan memilih menyimpan koleksi pakaian yang baik dan indah. Pertanyaannya, apakah disket jiwa kita juga diisi dengan koleksi pikiran, hati, dan perilaku yang serba baik dan indah? Kalau tidak, kita akan malu dan repot sendiri ketika nanti di alam ruhani koleksi itu di print out ataupun dibuka isinya lalu ditimbang oleh malaikat. Ketahuilah, tanpa sadar, setiap saat kita merekam jejak hidup, dan rekaman itu tak akan hilang terkena virus. Badan ini pun memiliki rekaman pengalaman hidup kita. Siapa yang bisa naik sepeda sewaktu kecil, misalnya, masih terekam kuat dalam diri kita sehingga sewaktu-waktu kita bisa mengendarai sepeda lagi meskipun sudah puluhan tahun tidak pegang sepeda. Lidah pun merekam berbagai macam jenis masakan sehingga ketika disuguhi makanan, meskipun lampu dimatikan, kita akan mengenalnya jika sebelumnya pernah kenal. Begitupun sel-sel otak sesungguhnya tak ada memory yang hilang. Yang ada adalah kita lupa memanggilnya atau mengingatnya kembali.

Allah mengajarkan agar kita selalu berusaha memperberat timbangan kebaikan dari timbangan keburukan. Agar kita menutup rekaman keburukan dengan amal kebajikan.

Setiap saat kita berjalan menuju pintu kematian. Masing-masing kita sudah memiliki nomor urutnya. Namun jalan dan penyebab menuju kematian masih diberi ruang pilihan oleh Allah, apakah jalan yang mulus dengan didampingi teman-teman amal kebajikan ataukah jalan terjal dan menyiksa dengan himpitan rekaman kejahatan. Yang lalu telah berlalu. Namun yang di depan masih tersisa pilihan untuk dinegosiasikan dengan diri dan Tuhan agar perjumpaan dengan Izrail merupakan perjumpaan persahabatan sesama hamba Tuhan untuk meneruskan rekreasi di alam ruhani yang lebih indah. Dunia yang kadang kala terasa sumpek dan pengap ini merupakan panggung ujian, pergulatan dan metamorfosis untuk memasuki tahap kehidupan lebih tinggi, ibarat perjuangan kepompong untuk menjadi kupu-kupu yang kemudian terbang di antara bunga-bunga, tanpa meninggalkan jejak kerusakan.

Selamat datang kematian. Hidup dan mati adalah kehendak dan milik Tuhan. Manusia terlalu sombong untuk merasa tahu semua rahasia alam dan kebesaran Tuhan. Manusia terlalu angkuh dan picik jika tidak mau dan tidak mampu mensyukuri kasih dan anugerah Allah yang terhampar di setiap sudut planet dan ruang kehidupan. Manusia sungguh tertipu oleh pandangannya yang rabun dan myopic ketika memandang kekayaan, pangkat dan ilmu adalah segala-galanya yang diyakini menjanjikan kebahagiaan dan kemuliaan abadi.

Ya Allah, Engkau pencipta kehidupan dan kematian. Dalam genggaman-Mu nasib diri kami dan semesta ini. Tanpa bimbingan dan petunjuk-Mu kami tak akan tahu apa makna dan tujuan hidup ini. Terlalu sedikit yang kami ketahui tentang rahasia lapis-lapis kehidupan yang Engkau ciptakan.

Ya Allah, bukalah hati kami, pikiran kami, telinga kami, mata kami, untuk bisa menatap dan menerima anugerah hidayah dan cahaya kasih-Mu sehingga kami selalu istiqomah, optimis dan produktif dalam menjalani kehidupan ini. Bimbinglah hati dan pikiran kami agar kami bisa menjadikan semua desah napas dan langkah kaki sebagai zikir dan sujud kepada-Mu. Agar kami selalu merasa khusyuk bersujud di atas sajadah panjang, terbentang sampai ke pintu kematian.

Ya Allah, dengan kasih dan pertolongan-Mu, bimbing dan tunjukilah kami untuk mensyukuri nikmat kehidupan dan kemerdekaan yang Engkau anugerahkan dengan iman yang kokoh, pikiran yang cerdas, hati yang suci, dan amal kebajikan yang tak pernah henti.

Ya Allah, ketika suatu saat ajal tiba, jadikanlah hari itu sebagai hari wisuda kami mengakhiri jadwal hidup di dunia tempat bertanam untuk bekal perjalananku lebih lanjut. Tetapkanlah iman dan kecintaanku pada-Mu, anugerahkan kami keturunan dan teman-teman yang saleh dan bijak. Dengan kasih-Mu semoga di kampung akhirat nanti kami Engkau masukkan ke dalam komunitas para anbiya dan syuhada, meski pada barisan yang paling belakang. Allahumma amiin. 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan