Khamis, Julai 28

Kisah Memanggil Iblis dan Kisah Raja Lari dari Tahta dan Kisah Ulat dan Nabi Daud

Abu Sa’id al-Kharraz (w. 277 H/890 M) adalah Sufi terkenal dengan sejumlah karya monumentalnya. Ia berasal dari Baghdad dan berguru pada Dzun Nun al-Mishri dan an-Nabaji, juga berguru kepada Abu Ubaid al-Bishri dan Bishri Ibnu al-Harits.
Suatu hari, al-Kharraz bermimpi bertemu iblis. Iblis kelihatan menjauh darinya. Melihat iblis semakin menjauh lalu al-Kharraz pun memanggilnya.

“Hai Iblis! Kemarilah, apa sebenarnya maumu?,” katanya.
“Apa yang akan kulakukan padamu, sedangkan dirimu telah membuang dari dirimu sendiri, padahal yang kau buang itu bisa kugunakan untuk menipu manusia,” jawab sang Iblis.

“Apa itu?”

“Dunia!”
“Iblis kelihatan sangat segan dengan al-Kharraz, tapi pelan-pelan ia menoleh kepadanya.
“Tapi aku masih punya sesuatu berupa bisikan halus untukmu,” kata Iblis.
“Apa itu?”

“Bergaul dengan orang yang banyak bicaranya.” jawab Iblis.

Kisah Raja Lari dari Tahta

Dalam Musnad Ahmad disebutkan, “ Ketika seorang laki-laki dari umat sebelum kalian memegang kerajaan, lalu dia berpikir bahwa hal itu terputus darinya dan bahwa kehidupan yang dijalaninya telah menyibukkannya dari beribadah kepada Tuhannya, maka pada suatu malam dia menyusup dan menghilang dari istananya. Dia berada di kerajaan orang lain. Dia mendatangi pantai. Disana dia bekerja membuat bata dengan upah. Dia pun bisa makan dan bersedekah dengan sisanya. Dia tetap demikian hingga perkara ibadah dan keutamaannya didengar oleh raja mereka.
Maka raja memintanya untuk menghadap, akan tetapi dia menolak. Raja mengulang perimintaan kepadanya untuk menghadap, tetapi dia selalu menolak. Dia berkata, “Aku tidak ada urusan dengannya.” Lalu raja datang dengan berkendara. Manakala laki-laki itu melihatnya, dia kabur. Melihat laki- laki itu kabur, raja mengejarnya tapi gagal menyusulnya.Lalu raja memanggil, “Wahai hamba Alloh, aku tidak akan mencelakakan dirimu. “ Maka laki-laki itu berhenti dan raja mendekatinya. Raja bertanya, Siapa kamu ? Semoga Alloh merahmatimu.” Laki-laki itu menjawab, “Aku

adalan fulan bin fulan, raja negara ini dan ini. Saat aku merenungkan urusanku, aku mengetahui bahwa apa yang aku jalani terputus dan bahwa ia telah menyibukkanku dari ibadah kepada Alloh. Lalu aku meninggalkannya dan datang kemari untuk beribadah kepada Tuhanku . “Raja berkata, “ Kamu tidak lebih memerlukan apa yang kamu lakukan dari diriku.” Kemudian raja turun dari kendaraannya, melepasnya, dan mengikuti laki-laki itu. Kedua orang itu lantas beribadah kepada Alloh dan memohon kepada Alloh agar dimatikan bersama. Lalu keduanya mati. Dia berkata, “Seandainya aku berada di Rumailah Mesir, niscaya aku tunjukkan kuburan keduanya berdasarkan ciri yang disampaikan oleh Rosululloh SAW kepada kami.

Kisah Ulat dan Nabi Daud

Dalam sebuah kitab Imam Al-Ghozali menceritakan pada suatu hari ketika Nabi Daud AS sedang duduk dalam suraunya sambil membaca kitab az-Zabur, dengan tiba-tiba dia melihat seekor ulat merah pada debu.
Lalu Nabi Daud AS. berkata pada dirinya, “Apa yang dikehendaki Alloh terhadap ulat ini?”
Sesaat saja Nabi Daud selesai berkata begitu, maka Alloh pun mengizinkan ulat merah itu berkata-kata. Lalu ulat merah itu pun mulai berkata-kata kepada Nabi Daud AS, “Wahai Nabi Alloh! Alloh SWT telah mengilhamkan kepadaku untuk membaca ‘Subhanallohu walhamdulillahi walaa ilaaha illallohu wallohu akbar’ setiap hari sebanyak 1000 kali dan pada malamnya Alloh mengilhamkan kepadaku supaya membaca ‘Allohummaa solli alaa Muhammadin annabiyyil ummiyyi wa alaa aalihi wa sohbihi wa sallim’ setiap malam sebanyak 1000 kali.”
Setelah ulat merah itu berkata demikian, maka dia pun bertanya kepada Nabi Daud AS “Apakah yang dapat engkau katakan kepadaku agar aku dapat manfaat darimu?”

Akhirnya Nabi Daud menyadari akan kekhilafannya karena memandang remeh akan ulat tersebut, dan dia sangat takut kepada Alloh SWT maka Nabi Daud AS pun bertaubat dan menyerah diri kepada Alloh SWT.
Begitulah sikap para Nabi AS apabila mereka menyadari kesalahan yang telah dilakukan maka dengan segera mereka akan bertaubat dan menyerah diri kepada Alloh SWT.
Kisah-kisah yang berlaku pada zaman para nabi bukanlah untuk kita ingat sebagai bahan sejarah, tetapi hendaklah kita jadikan sebagai teladan supaya kita tidak memandang rendah kepada apa saja makhluk ciptaan Alloh yang berada di bumi yang sama-sama kita tumpangi ini.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan