Sabtu, Ogos 24

Kuburan Menanti Kita


Pernahkah anda melihat kuburan?
Pernahkah anda melihat gelapnya kuburan?
Pernahkah anda melihat sempit dan dalamnya liang lahat?
Pernahkah anda membayangkan kengerian dan kedahsyatan alam kubur?
Sedarkah anda bahawa kuburan itu dipersiapkan untuk anda dan untuk orang-orang selain anda?
Bukankah silih berganti anda melihat teman-teman, orang-orang tercinta dan keluarga dekat anda diusung dari dunia fana ini ke kuburan?

Dari buaian dunia yang terang benderang ke kegelapan liang lahat...
Dari keceriaan bermain dengan keluarga dan anak-anak kepada kekerasan tanah dan ulat-ulat ...
Dari kenikmatan makanan dan minuman kepada timbunan debu dan tanah...
Dari kelembutan pergaulan di tengah-tengah keluarga kepada bersendirian yang mengerikan...
Dari tilam yang empuk kepada tempat pergulatan amal yang sangat menakutkan.

Di dalam kubur, liang yang sangat sempit itu, tak lagi berbeda antara pelayan dan sang majikan, tak akan ada lagi perbedaan antara yang kaya dan yang miskin, semuanya sama. Nikmat kemewahan dan kelazatan dunia pasti
berakhir dengan kematian. Dan segenap umat manusia bersependapat bahawa kematian
itu tidak mengenal umur tertentu, waktu tertentu atau sakit tertentu. Hal mana agar manusia selalu waspada dan terus bersiap-siap kerananya.

Kengerian kubur Dari Hani' Maula Utsman, ia berkata, 'Jika Utsman ra. berdiri di samping kuburan maka beliau menangis hingga basah janggotnya'.

Maka dikatakan kepada beliau, 'Jika engkau mengingat Syurga dan Neraka tidak menangis, mengapa engkau menangis karena ini?

Maka beliau menjawab, 'Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda:
"Kuburan adalah awal kehidupan akhirat. Jika seseorang selamat daripadanya, maka setelahnya menjadi lebih mudah. Dan jika ia tidak selamat daripadanya, maka setelahnya lebih mengerikan."

Kemudian Utsman ra. berkata, 'Rasulullah saw. juga bersabda, 'Aku tidak melihat suatu pemandangan melainkan kuburan lebih mengerikan daripadanya."
HR. Ahmad dan At-Tirmidzi, dihasankan oleh Al-Albani

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah suatu hari menasihati para sahabatnya, diantaranya beliau
berkata:

Jika kalian melalui kuburan, panggillah mereka jika engkau boleh memanggil. Lihatlah, betapa berdempetnya ( sempit ) rumah-rumah mereka. Tanyakanlah kepada orang-orang kaya dari mereka, masih tersisakah kekayaan mereka?
Tanyakan pula kepada orang-orang miskin di antara mereka, masih tersisakah kemiskinan mereka?
Tanyakanlah tentang lisan-lisan yang dengannya mereka berbicara, sepasang mata yang dengannya mereka melihat indahnya pemandangan?.
Tanyakan pula tentang kulit-kulit lembut dan wajah-wajah yang cantik jelita, juga tubuh-tubuh yang halus mulus, apa yang diperbuat oleh ulat-ulat di balik kafan-kafan mereka?
Lisan-lisan itu telah hancur, wajah-wajah yang cantik jelita itu telah dirobek-robek ulat, anggota badan mereka telah terpisah berserakan.

Lalu di mana pelayan-pelayan mereka yang setia?
Di mana tumpukan harta dan sederetan pangkat mereka?
Di mana rumah-rumah gedong mereka yang banyak dan menjulang
tinggi?
Di mana kebun-kebun mereka yang rendang dan subur?
Di mana pakaian-pakaian mereka yang indah-indah dan sangat mahal?
Di mana kenderaan-kenderaan mewah kesukaan mereka?
Di mana kolam renang dan telaga peribadi mereka?
Bukankah mereka kini berada di tempat yang sangat sunyi?
Bukankah siang dan malam bagi mereka sama saja?
Bukankah mereka berada dalam kegelapan?
Mereka telah terputus dengan amal mereka.
Mereka telah berpisah dengan orang-orang yang mereka cintai, harta dan segenap keluarganya.

Kerana itu, wahai orang yang tak lama lagi akan tinggal di kuburan!
Kenapa engkau terpedaya dengan dunia?
Renungkanlah orang-orang yang telah pergi meninggalkan kita. Sungguh mereka amat berharap
untuk dapat kembali ke dunia. Agar dapat menghimpun amal sebanyak-banyaknya. Tetapi, itu
semua tidak mungkin terjadi kerana mereka telah dikuburkan.

Yazid Ar-Riqasyi rahimahullah berkata kepada dirinya sendiri, 'Celaka engkau wahai Yazid!,
siapa yang akan mendirikan sholat untukmu setelah engkau mati?
Siapa yang akan berpuasa untukmu setelah engkau mati?
Siapa yang akan memintakan maaf untukmu setelah engkau mati?'

Lalu dia berkata, 'Wahai manusia, mengapa kalian tidak menangis dan meratap kepada dirimu atas sisa hidupmu. Barangsiapa yang akhirnya adalah mati, kuburan sebagai rumah tinggalnya, tanah sebagai tilamnya dan ulat-ulat yang menemaninya, serta dalam keadaan demikian ia menunggu Hari Kiamat yang sangat mengerikan. Wahai, bagaimanakah keadaan seperti ini?' Lalu beliau
rahimahullah menangis.


NASIHAT TENTANG KUBUR

Abdul Haq Al-Isybily rahimahullah berkata,'Hendaknya orang yang masuk ke kuburan menghayalkan bahawa dirinya telah mati. Telah menyusul orang-orang yang dikubur sebelumnya,
dan bahawa dia memerlukan amal sebagaimana yang diperlukan oleh mereka, ia menyukai apa
yang mereka suka, ingin mendatangkan apa yang ingin mereka datangkan, ingin menimbun apa
yang ingin mereka timbun. Lalu hendaknya ia membayangkan tentang berubahnya warna kulit mereka, berserakannya anggota badan mereka. Hendaknya pula ia membayangkan keadaan mereka. Betapa baru saja ia bercengkerama dengan mereka, lalu tiba-tiba ia menjauh bahkan
ngeri untuk sekedar melihat keadaan mereka. Lalu hendaknya ia merenungkan tentang
terbelahnya bumi dan dibangkitkannya ahli kubur. Merenungkan tentang keluarnya setiap orang
dari kuburnya dalam keadaan tanpa alas kaki, telanjang dan tanpa disunat. Semua sibuk dan panik
dengan urusannya sendiri.

'Wahai, mengapa aku melihatmu begitu asyik dengan kehidupan dunia.
Wahai orang yang berlindung di balik tembok rumah-rumah megah. Tidak ada tempat lain selain kuburan tempat tinggalmu. Hari ini engkau bermegah-megahan dan menghias diri. Tetapi esok, engkau akan diusung ke kuburan, dibalut hanut dan kain kafan.
Maka wahai engkau, bersegeralah bertaubat kepada Rabbmu. Jalan itu masih mungkin sekali bagimu. Palingkanlah hawa nafsumu kerana takut kepada Rabbmu, dalam keadaan sunyi atau
ramai, selalu jagalah dirimu.'

Penyair lain berkata:
"Aku menyaksikan, jika orang kaya raya meninggal dunia, maka dibangun diatas kuburnya
bangunan megah. Mereka tetap saja congkak kepada orang-orang miskin hingga di kuburan. Demi Allah, jika engkau menyingkap tanah dari mereka. Tentu tak engkau kenali lagi mana yang miskin dan mana yang kaya. Tidak akan kau kenali mana kulit yang berpakaian sutera dan mana yang berbalut kain biasa. Jika tanah telah memakan jasad ini dan itu, adakah kelebihan si kaya
dari si miskin?"

Muhammad bin Shabih berkata, 'Telah sampai berita kepada kami bahawa manakala seseorang
telah diletakkan di kuburannya, lalu disiksa atau mendapatkan sesuatu yang dibenci, maka tetangganya dari orang-orang yang telah meninggal sebelumnya berkata kepadanya, 'Wahai orang yang baru datang dari dunia, tidakkah engkau mengambil pelajaran daripada kami?
Tidakkah engkau merenungkan tentang kematian kami yang mendahuluimu?
Bukankah engkau mengetahui bahawa amal kami telah terputus, sementara engkau masih diberi tempoh waktu?
Mengapa tidak engkau kejar apa yang tidak diperolehi oleh saudara-saudaramu?


FITNAH KUBUR

Wahai anak Adam, apa yang telah engkau persiapkan saat malam pertamamu nanti di kuburan?
Tidakkah engkau tahu, bahwa ia adalah malam yang sangat mengerikan. Malam yang kerananya
para ulama dan orang-orang sholeh menangis.

"Suatu hari pasti aku tinggalkan tempat tidurku (dunia), dan ketenangan pun menghilang dariku. Berada di kuburan pada malam pertama, demi Allah, katakanlah kepadaku, apa yang terjadi di sana?"

Karena untuk senantiasa mempersiapkan malam tersebut, diceritakan bahwa Rabi' bin Khutsaim menggali liang kubur di rumahnya. Bila ia mendapati hatinya keras, maka ia masuk ke liang kubur tersebut. Ia menganggap dirinya telah mati, lalu menyesal dan ingin kembali ke dunia, seraya membaca ayat:

"Ya Rabbku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal sholeh terhadap apa yang telah kutinggalkan (dahulu)."
Al-Mu'minun: 99-100

Kemudian ia menjawab sendiri, 'Kini engkau telah dikembalikan ke dunia wahai Rabi'. Dan kerananya ia didapati pada hari-hari setelahnya senantiasa dalam keadaan ibadah dan takwa
kepada Allah.

Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis atas kematian dan sakaratul maut yang bakal menjemputmu?
Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis atas kuburan dan kengerian yang ada di dalamnya?
Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis kerana takut kepada api Neraka di Hari Kiamat
nanti?
Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis kerana takut akan hausnya di hari penyesalan?

mari marilah kemari tautkan hati mulai saat ini hanya untuk menggapai kecintaan ILAHI RABBI

Tiada ulasan:

Catat Ulasan