Ahad, Ogos 19

Rahsia Solat Lima Waktu DAN Israk Mikraj DAN Hakikat Solat

Ali bin Abi Talib r.a. berkata, “Sewaktu Rasullullah saw duduk bersama para sahabat Muhajirin dan Ansar, maka dengan tiba-tiba datanglah satu rombongan orang-orang Yahudi lalu berkata, ‘Ya Muhammad, kami hendak bertanya kepada kamu kalimat-kalimat yang telah diberikan oleh Allah kepada Nabi Musa a.s. yang tidak diberikan kecuali kepada para Nabi utusan Allah atau malaikat muqarrab. ‘ Lalu Rasullullah saw bersabda, ‘Silakan bertanya.’ Berkata orang Yahudi, ‘Sila terangkan kepada kami tentang 5 waktu yang diwajibkan oleh Allah ke atas umatmu.’ “Sabda Rasullullah saw, ‘Sembahyang Zuhur jika tergelincir matahari, maka bertasbihlah segala sesuatu kepada Tuhannya. Sembahyang Asar itu ialah saat ketika Nabi Adam a.s. memakan buah khuldi. Sembahyang Maghrib itu adalah saat Allah menerima taubat Nabi Adam a.s. Maka setiap mukmin yang bersembahyang Maghrib dengan ikhlas dan kemudian dia berdoa meminta sesuatu pada Allah maka pasti Allah akan mengkabulkan permintaannya. Sembahyang Isyak itu ialah sembahyang yang dikerjakan oleh para Rasul sebelumku. Sembahyang Subuh adalah sebelum terbit matahari. Ini kerana apabila matahari terbit, terbitnya di antara dua tanduk syaitan dan di situ sujudnya setiap orang kafir.’ Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan dari Rasullullah saw, lalu mereka berkata, ‘Memang benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Katakanlah kepada kami apakah pahala yang akan didapati oleh orang yang sembahyang. ‘ Rasullullah saw bersabda, ‘Jagalah waktu-waktu sembahyang terutama sembahyang yang pertengahan. Sembahyang Zuhur, pada saat itu nyalanya neraka Jahanam. Orang-orang mukmin yang mengerjakan sembahyang pada ketika itu akan diharamkan ke atasnya wap api neraka Jahanam pada hari Kiamat.’ Sabda Rasullullah saw lagi, ‘Manakala sembahyang Asar, adalah saat di mana Nabi Adam a.s. memakan buah khuldi. Orang-orang mukmin yang mengerjakan sembahyang Asar akan diampunkan dosanya seperti bayi yang baru lahir.’ Selepas itu Rasullullah saw membaca ayat yang bermaksud, ‘Jagalah waktu-waktu sembahyang terutama sekali sembahyang yang pertengahan. Sembahyang Maghrib itu adalah saat di mana taubat Nabi Adam a.s. diterima. Seorang mukmin yang ikhlas mengerjakan sembahyang Maghrib kemudian meminta sesuatu daripada Allah, maka Allah akan perkenankan.’ Sabda Rasullullah saw, ‘Sembahyang Isyak (atamah). Katakan kubur itu adalah sangat gelap dan begitu juga pada hari Kiamat, maka seorang mukmin yang berjalan dalam malam yang gelap untuk pergi menunaikan sembahyang Isyak berjamaah, Allah SWT haramkan dirinya daripada terkena nyala api neraka dan diberikan kepadanya cahaya untuk menyeberangi Titian Sirath.’ Sabda Rasullullah saw seterusnya, ‘Sembahyang Subuh pula, seseorang mukmin yang mengerjakan sembahyang Subuh selama 40 hari secara berjamaah, diberikan kepadanya oleh Allah SWT dua kebebasan iaitu: a) Dibebaskan daripada api neraka. b) Dibebaskan dari nifaq. “Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan daripada Rasullullah saw, maka mereka berkata, ‘Memang benarlah apa yang kamu katakan itu wahai Muhammad (S.A.W) ifahuzir says: September 3, 2010 at 11:59 am Alhamdulillah, Sebagai Muslim, perlu beringat.. Yahudi yang bertanya ini sengaja nak bertanya kepada Rasullullah s.a.w untuk dijawab oleh Rasullullah s.a.w dan yahudi tersebut membenarkan. Peringatan kepada umat Muhammad s.a.w pula, jangan terpengaruh dengan strategi Yahudi ini. Mereka mahukan kita (Muslim) Menyembah Allah kerana nak mendapatkan kelebihan² sepertimana Rasullullah s.a.w. sabdakan. sedangkan kunci Ibadah adalah IKHLAS kerana ALLAH. sebahagian wahyu Allah untuk renungan bersama. “Sesungguhnya pada peristiwa itu terdapat satu pengajaran yang memberi insaf bagi orang-orang yang berfikiran (yang celik mata hatinya)” (A-li’Imraan 3:13) Israk Mikraj dan hakikat Solat Assalamualaikum wbt… Allah berfirman dalam pembukaan surah Al Isra’: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” Dari ayat ini bisa kita ambil beberapa pelajaran: Pertama – bahwa yang Allah isra’kan adalah hamba-Nya (abduhu). Kata hamba maksudnya adalah Rasulullah saw. Ini merupakan deklarasi dari Allah bahwa Rasulullah saw. adalah contoh hamba-Nya. Dialah yang harus dicontoh untuk mencapai derajat kehambaan. Tidak ada yang pantas diidolakan dalam perjalanan menuju Allah kecuali Rasulullah saw. Mengapa? (a) Allah memuji akhlaknya: “Wa innaka la’alaa khuluqin adziim (Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung)” (QS. Al Qalam:4). (b) Rasulullah saw. dijamin masuk surga, maka siapa yang ingin masuk surga tidak ada pilihan keculi dengan mencontohnya. (c) Perbuatan Rasulullah adalah terjemahan hidup dari Al Qur’an. Maka tidak mungkin seseorang paham maksud Al Qur’an tanpa merujuk kepada sirahnya. Kedua – bahwa isra’ mi’raj ini terjadi hanya semalam. Kata lailan pada ayat di atas, yang artinya “pada suatu malam” adalah penegasan terhadap makna tersebut. Dari sini nampak bahwa kejadian Isra’ mi’raj adalah mu’jizat. Sebab perjalanan sejauh itu di tambah lagi dengan naik ke langit lapis tujuh sampai ke sidratul muntaha adalah jarak yang tidak mungkin ditempuh dengan kendaraan apapun yang dimiliki manusia baik pada saat itu maupun pada zaman teknologi yang sangat canggih seperti sekarang ini. Untuk mencapai bintang terdekat saja dari bumi dengan mengendarai pesawat tercepat di dunia “Challanger” dengan kecepatan 20 ribu km perjam, para ilmuwan mengatakan itu membutuhkan 428 tahun. Sungguh luar biasa kejadian isra’ mi’raj sebagai bukti keagungan Allah sekaligus, sebagai bukti bahwa manusia bagaimana pun pencapain keilmuannya masih tetap tidak ada apa-apanya dibanding dengan kemahakuasaan Allah swt. Ketiga – Diikatnya antara dua masjid: masjid Al haram dan masjid Al Aqsha (a) bahwa Allah swt. sangat mencintai masjid. (b) bahwa semua bumi ini diciptakan oleh Allah untuk tempat bersujud. (c) bahwa semua masjid di manapun berada adalah sama, milik hamba-hamba Allah. (d) bahwa siapapun yang mengaku beriman ia pasti mencintai masjid dan meramaikannya. Allah berifirman: “Yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. At Taubah:18). Karena dalam sejarah kita menyaksikan nabi saw. selalu membangun masjid setiap singgah di suatu tempat. Keempat – kata masjid identik dengan ibadah shalat. Dan perjalan Isra’ mi’raj juga identik dengan penerimaan ibadah shalat, langsung dari Allah swt. Tidak ada ibadah dalam Islam yang diserahkan langsung oleh Allah kepada Rasulullah saw. kecuali shalat. Selain shalat semua ibadah diterima melalui malaikat Jibril alahissalam. Dari sini nampak betapa agungnya ibadah shalat. Dalam pembukaan surah Al Mu’minuun ketika Allah swt. menyebutkan ciri-ciri orang mu’min yang bahagia, penyebutan itu dimuali dengan shalat “alladziina hum fii shalaatihim khaasyi’uun” dan ditutup dengan shalat “walladziina hum ‘alaa shalawaatihim yuhaafidzuun”. Para ulama tafsir ketika menyingkap rahasia ayat ini mengatakan bahwa itu menunjukkan pentingnya shalat. Bahwa shalat merupakan barometer ibadah-ibadah yang lain. Bila shalat seseorang baik, maka bisa dipastikan ibadah-ibadah yang lain akan ikut baik. Sebaliknya bila shalat seseorang tidak baik, maka bisa dipastikan ibadah-ibadah yang lain tidak akan baik. Itulah makna ayat: “Innash sholaata tanhaa ‘anil fahsyaai wal mungkar (sesungguhnya shalat pasti akan mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar)” (QS. Al Ankabuut: 45). Di hari Kiamat pun kelak demikian. Shalat tetap menjadi barometer ibadah-ibadah yang lain. Karena itu Nabi saw. bersabda: “Awwalu maa yuhasabu bihil ‘abdu yaumal qiyaamati ashshalaatu (yang pertama kali kelak di hisab pada hari Kiamat adalah ibadah shalat)”. Wallahu a’lam bishshawab. sumber: dakwatuna **Ceramah Sirah Isra’ Mi’raj by Dr.Asri : Banjoe says: Jun 5, 2010 at 11:20 am ISRAQ MIKRAJ & HAKEQAT SOLAT Tatakala Paduka Rasul Nabi Muhammad SAW menerima Wahyu Pertama diGua Hiraq itu, disitulah bermulanya itu Hakeqat Solat. Dari Wahyu Pertama : “Ikraq Bismi Rabb….” itu, maka disitulah juga tersiratnya rahsianya itu kalimah “Bismillahirrohmanirrohim” Maka sebab itu ada sesetengah Ahli Hakeqat mengatakan rahsianya itu Bismillah diajarkan hanya kepada Nabi Muhammad SAW sahaja, makanya Nabi SAW itu menguasai Ilmu Bismillah. Sebelumnya Ilmu Bismillah itu ada diajarkan kepada seorang Nabi laen dari kalangan Bani Israel. Kalo Musa tatakala diBukit Tursina itu memohon meminta-minta mahu melihat Zat Tuhan, lalu beliau terhijab, kerana matanya itu Musa maseh belum bersedia. Musa maseh belum mengenal siapakah sebenar-benarnya itu “Hamba”. Sebab itu Allah perintahkan Musa mencari dan berguru lagi dgn itu “Hamba Allah” Yg Beriman yg Hadir dipertemuan 2 lautan. Sedangkan Nabi Muhammad SAW nggak pernah meminta-minta, Baginda SAW hanya dijemput Allah, maka berlakulah itu peristiwa Israq dan Mikraj. Firman-Nya : Maha Suci Allah yg telah menjalankan “Hamba-Nya” pada malam hari…. Maka sebenar-benarnya “Hamba Allah” hanya ada pada Rasulullah SAW. Maka selayaknya namanya Nabi kita itu Muhammad bin Abdullah (Hamba Allah). Maka dari peristiwa turunnya Wahyu Pertama diGua Hiraq itu, maka disitu tersirat rahsianya itu Hakeqat Solat. Maka dari peristiwa Israq dan Mikraj itu pula, adalah perjalanan malam bagi Nabi Muhammad SAW bagi menerima kesempurnaannya itu Syariat Solat, lalu diFardukan dlm Solat Waktu yg lima itu. Barangsiapa tidak mendirikan solatnya bererti dia bukan dari Ummat Muhammad, dia terkeluar dari bangsa Muhammad. Barangsiapa tidak mendirikan solatnya, bereti dia telah meruntohkan titian perjalanan Penghulu Agung kita Rasulullah SAW, yaitulah “Syariat Muhammad” dan “Hakeqat Muhammad”. Wallahu’alam….. sekian..

Tiada ulasan:

Catat Ulasan